Tindakan Tiongkok dalam menyusun blacklist untuk perusahaan Taiwan tidak hanya memengaruhi industri di Taiwan. Aksi ini malah menunjukkan bahwa Tiongkok tidak memiliki kekuatan politik dan ekonomi yang kuat terhadap Taiwan.
Tindakan Tiongkok yang menciptakan blacklist bagi perusahaan Taiwan justru menciptakan kesan bahwa negara itu kurang strategis. Ini lebih terlihat sebagai reaksi emosional ketimbang kebijakan yang dirancang dengan baik. Citra Tiongkok semakin diragukan di kancah internasional. Alih-alih mengisolasi Taiwan, keputusan ini justru meningkatkan posisi Taiwan di kancah global. Tindakan ini menunjukkan bahwa Tiongkok tidak lagi menggunakan tekanan ekonomi sebagai senjata utama.
Sasaran utama dari tindakan Tiongkok adalah untuk melemahkan ekonomi Taiwan. Namun perusahaan-perusahaan di Taiwan justru beralih fokus ke negara lain. Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa semakin memperkuat hubungan ekonomi dengan Taiwan. Hal ini membuat sanksi dari Tiongkok justru mempercepat upaya diversifikasi pasar di Taiwan. Tindakan tersebut pada akhirnya malah meningkatkan kekuatan industri Taiwan.
Beberapa perusahaan di Tiongkok sangat bergantung pada teknologi dari Taiwan. Pembuatan blacklist terhadap perusahaan Taiwan menyebabkan gangguan pada pasokan dan menghambat proses produksi di Tiongkok. Kepercayaan investor asing terhadap stabilitas bisnis di Tiongkok mulai menurun. Situasi ini menimbulkan ketakutan bagi perusahaan asing yang berminat memasuki pasar Tiongkok. Strategi blacklist ini justru menjadi bumerang bagi Tiongkok sendiri.
Pemerintah Taiwan dengan cepat memberikan dukungan kepada sektor swasta. Mereka memperkuat kolaborasi strategis dengan negara-negara mitra ekonomi. Media internasional memuji respon Taiwan yang tidak terprovokasi. Tindakan Tiongkok membuat solidaritas nasional di Taiwan semakin meningkat. Upaya strategis ini mengubah tekanan menjadi peluang untuk pertumbuhan baru.
Para pengamat menilai tindakan Tiongkok ini kurang memberikan dampak yang berkelanjutan secara politik. Kebijakan ini tidak mampu mengubah arah kebijakan luar negeri Taiwan. Negara-negara di ASEAN pun mulai bersikap lebih hati-hati terhadap pendekatan agresif Tiongkok. Ketidakberhasilan Tiongkok dalam memanfaatkan kekuatan ekonominya membuat pengaruhnya di benua Asia semakin pudar. Tindakan itu menjadi contoh nyata kelemahan dalam diplomasi paksa.
Sanksi-sanksi ekonomi yang diambil oleh Tiongkok terbukti tidak berhasil. Negara-negara di Asia Timur lebih menyukai pendekatan kerja sama. Tiongkok perlu merenungkan kembali strategi yang ada dan memprioritaskan diplomasi multilateral. Jika tidak, mereka akan berisiko kehilangan kepercayaan dari mitra internasional. Tindakan Tiongkok terhadap perusahaan Taiwan harus dilihat sebagai momentum untuk memperbaiki strategi yang ada.
Tindakan ini mencerminkan kebijakan reaktif yang tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan. Alih-alih memberikan tekanan pada Taiwan, strategi ini malah memberi peluang bagi Taiwan untuk menjadi lebih kuat. Dalam konteks geopolitik saat ini, cara-cara koersif sudah tidak relevan lagi. Tiongkok perlu menyadari bahwa dunia telah berubah, dan tekanan ekonomi bukanlah solusi jangka panjang. Tindakan ini menjadi pelajaran penting bagi negara lainnya.