Kebijakan energi terbarukan Indonesia kini menjadi fokus utama pemerintah dalam perjalanan menuju ketahanan energi yang berkelanjutan. Langkah strategis ini mempercepat pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan energi nasional tetapi juga untuk mendukung komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon. Kebijakan ini menjadi tonggak sejarah bagi transisi energi Indonesia, dengan tujuan jangka panjang menjadikan energi bersih sebagai tulang punggung pembangunan ekonomi nasional.
Baca Juga: Perambahan Taman Nasional Tesso Nilo Sawit Ilegal
Ketergantungan Indonesia pada energi fosil, terutama batu bara dan minyak bumi, telah menimbulkan masalah lingkungan yang serius. Polusi udara dan emisi karbon meningkat, sementara ketergantungan pada impor energi membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga global.
Untuk menghadapi tantangan ini, pemerintah menetapkan target bauran energi terbarukan sebesar 17–20% pada tahun 2025. Peraturan Menteri ESDM No. 10 Tahun 2025 menjadi payung hukum utama transisi energi nasional. Regulasi ini mencakup peta jalan penurunan emisi, konversi pembangkit listrik fosil ke EBT, serta insentif bagi investor di sektor energi hijau.
Selain itu, pemanfaatan sumber daya lokal menjadi prioritas. Energi panas bumi, hidro, dan tenaga surya di seluruh Indonesia diharapkan dapat dimaksimalkan. Strategi ini bertujuan memperkuat kemandirian energi sekaligus mendorong inovasi teknologi lokal.
Baca Juga: Liquid Glass iOS 26 vs Samsung Sindir iOS26
Transisi ke ekonomi hijau diperkirakan akan menciptakan jutaan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan, konstruksi, dan manufaktur. Pembangunan pembangkit tenaga surya, hidro, angin, dan panas bumi membutuhkan tenaga ahli, teknisi, hingga pekerja lapangan. Ini akan membuka peluang besar bagi generasi muda dan profesional untuk terlibat dalam industri yang berkembang pesat dan berorientasi masa depan.
Pemanfaatan energi terbarukan berdampak langsung pada kualitas udara. Dengan berkurangnya pembakaran batu bara dan bahan bakar fosil lain, emisi gas rumah kaca dan partikel polutan menurun secara signifikan. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga berdampak positif pada kesehatan masyarakat, mengurangi risiko penyakit pernapasan, alergi, dan masalah kardiovaskular.
Penggunaan EBT dari sumber lokal meningkatkan kemandirian energi Indonesia. Mengurangi impor energi fosil berarti negara lebih tahan terhadap gejolak harga energi global, sekaligus menurunkan risiko ketergantungan pada negara lain. Dengan begitu, transisi energi bukan hanya isu lingkungan, tetapi juga strategi keamanan nasional yang penting.
Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 69,5 GW hingga 2034, dengan sebagian besar berasal dari EBT. Proyek-proyek ini meliputi pembangkit tenaga surya, hidro, panas bumi, dan angin, serta sistem penyimpanan energi seperti baterai dan PLTA terpompa.
Selain itu, Indonesia berencana membangun kapasitas EBT hingga 75 GW dalam 15 tahun ke depan. Rencana ini termasuk potensi pembangunan pembangkit tenaga nuklir modular kecil. Langkah ini menjadi bagian dari strategi mencapai net zero emission pada 2060.
Perkembangan ini diprediksi mendorong pertumbuhan ekonomi hijau di berbagai sektor. Sektor yang akan terdampak antara lain transportasi, industri, dan teknologi digital. Infrastruktur energi bersih yang kuat juga memungkinkan Indonesia memanfaatkan peluang ekspor energi terbarukan. Contohnya termasuk panel surya dan teknologi penyimpanan energi. Dengan begitu, posisi Indonesia dalam peta energi global semakin diperkuat.
Kebijakan pemerintah terkait energi terbarukan bukan sekadar regulasi administratif, tetapi langkah strategis untuk membangun Indonesia yang lebih mandiri, sehat, dan berkelanjutan. Dampak positif bagi masyarakat, lapangan kerja, serta lingkungan menjadi bukti nyata bahwa transisi energi dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru. Dukungan penuh dari semua pihak, termasuk masyarakat, industri, dan pemerintah daerah, menjadi kunci agar target energi bersih dapat tercapai.
Dengan implementasi yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemimpin transisi energi di Asia Tenggara, menjadikan energi terbarukan sebagai tulang punggung pembangunan masa depan.
Baca Juga: Jepang Bantai Timnas Indonesia Kluivert 6-0 Audero Disoal