Latihan militer bersama bernama Joint Sea‑2025 baru saja dimulai oleh China dan Rusia di Laut Jepang. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan strategis antara kedua negara dan memiliki potensi untuk menantang dominasi global yang selama ini dipimpin oleh Amerika Serikat.
Joint Sea‑2025 dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 5 Agustus 2025 di perairan sekitar Vladivostok. Tiongkok mengerahkan kapal perusak Shaoxing dan Urumqi, beroperasi bersama armada dari Rusia. Latihan ini mencakup berbagai simulasi seperti penyelamatan kapal selam, kerjasama dalam melawan kapal selam, pertahanan udara dan rudal, serta operasi tempur di laut.
Latihan ini berfokus pada menguatkan kemitraan strategis antara China dan Rusia sejak munculnya kemitraan tanpa batas pada tahun 2022. Dengan kegiatan ini, mereka menunjukkan kemampuan militer yang dapat menciptakan keseimbangan dalam tatanan dunia yang dikuasai Amerika Serikat.
Empat kapal besar dari China termasuk dua kapal perusak rudal turut serta dalam latihan ini. Rusia menyiapkan kapal anti-kapal selam serta korvet dan kapal pendukung lainnya. Kegiatan yang dilakukan meliputi latihan artileri, pertahanan dari pesawat, dan operasi penyelamatan di laut.
Jepang merasa bahwa kehadiran militer AS di kawasan mungkin akan terpengaruh oleh aktivitas ini. Dalam laporan pertahanannya, Jepang menyebut latihan militer yang melibatkan China dan Rusia sebagai ancaman strategis yang paling signifikan. Sebagai respon, Jepang meningkatkan sistem pertahanan udara dan rudalnya.
Latihan ini telah menjadi bagian dari rangkaian latihan tahunan yang dimulai sejak tahun 2012. Tahun lalu, latihan diadakan di pesisir selatan Tiongkok. Saat ini, lokasi latihan berpindah ke Laut Jepang, yang menandakan adanya peningkatan dalam kerjasama militer demi keamanan laut.
Meskipun latihan ini bisa dipandang sebagai sinyal yang jelas, China menegaskan bahwa kegiatan ini “tidak diarahkan pada pihak manapun” dan merupakan bagian dari kerjasama bilateral yang biasa. Namun, tekanan geopolitik dari AS meningkat, termasuk penempatan kapal selam nuklir untuk pertahanan di Pasifik.
Jepang dan Korea Selatan memperkuat kesiapsiagaan mereka melalui latihan bersama dengan AS. Korea Selatan bahkan mengerahkan jet tempur saat patroli gabungan sebelumnya. Jepang menyoroti dalam laporannya mengenai peningkatan ancaman dari kerjasama militer antara China dan Rusia.
Kedua negara mengklaim bahwa latihan ini bertujuan defensif dan untuk menciptakan stabilitas di Asia-Pasifik. Namun, analis menyebut bahwa ini adalah bagian dari strategi geopolitik. Dalam jangka panjang, kegiatan ini dapat memperkuat blok multipolar dan mengancam dominasi AS di kawasan ini.
Latihan militer bersama China dan Rusia, Joint Sea‑2025, mengkonfirmasi kemitraan strategis yang ada serta operasi militer mereka. Walau tidak menyebut target spesifik, kegiatan ini tetap memperkuat posisi keduanya dan menunjukkan kesiapan dalam menghadapi kehadiran militer AS di Asia-Pasifik. Jepang dan Korea Selatan mengintensifkan pertahanan mereka, menandakan adanya eskalasi dalam geopolitik yang perlu mendapatkan perhatian. Meskipun disebut sebagai latihan defensif, dampak strategis terhadap dominasi AS tidak bisa diabaikan.