Gerald Vanenburg, seorang legenda sepak bola dari Belanda, memberikan kritik tajam terhadap Super League yang mengizinkan klub untuk menurunkan 11 pemain asing. Ia menganggap kebijakan ini sebagai “lelucon yang merendahkan sepak bola tradisional. “
Penggunaan 11 pemain asing dalam Super League menuai berbagai pendapat di kalangan pengamat sepak bola. Banyak yang berpendapat bahwa langkah ini menghilangkan ciri khas nasional klub-klub tersebut.
Vanenburg merasa khawatir keputusan ini akan menutup kesempatan bagi pengembangan pemain lokal. “Untuk apa ada akademi jika semua posisi diisi oleh pemain asing? ” ujarnya.
Kehadiran 11 pemain asing dalam kompetisi Super League menyebabkan ketidakadilan. Klub-klub kecil yang tidak mampu mendatangkan pemain asing akan tertinggal.
Vanenburg menekankan bahwa sepak bola memiliki kedekatan dengan komunitas lokal. “Tanpa adanya pemain lokal, tidak akan ada ikatan emosional,” tandasnya.
Gerald Vanenburg berpendapat bahwa kehadiran 11 pemain asing di Super League tidak fokus pada kualitas permainan, melainkan untuk keuntungan finansial dan perhatian global.
“Ini lebih pada bisnis ketimbang olahraga,” jelasnya. Dengan format ini, pemain lokal terabaikan oleh kepentingan pasar bebas dan sponsor besar.
Kritik terhadap Super League muncul karena liga ini tidak memberikan kesempatan bagi pemain muda lokal untuk berkembang. Vanenburg menilai bahwa liga seperti ini menjadikan kompetisi tidak alami dan terkesan dibuat-buat.
Bakat-bakat muda yang seharusnya berasal dari klub-klub lokal kini kesulitan untuk mencapai tim utama. “Ini membuat sistem pengembangan tidak relevan,” tambahnya.
Berbeda dengan Super League yang menerapkan aturan 11 pemain asing, liga-liga tradisional seperti Eredivisie, La Liga, dan Premier League masih menjaga keberadaan pemain lokal dalam skuad mereka.
Vanenburg mengutip Ajax Amsterdam sebagai contoh yang tetap mempertahankan kekuatan akademi. “Itu adalah identitas, bukan sekadar strategi,” jelasnya.
Pernyataan Gerald Vanenburg mengenai 11 pemain asing di Super League menjadi viral di media sosial. Banyak penggemar dan mantan pemain memberikan dukungan terhadap opininya.
Beberapa orang menilai keputusan tersebut menjauhkan sepak bola dari jati dirinya. Bahkan, federasi sepak bola setempat mulai mempertimbangkan untuk mengintervensi regulasi tersebut
Walaupun menerima banyak kritik, pihak penyelenggara Super League belum menunjukkan keinginan untuk mengubah aturan ini. Mereka mengklaim ingin menjangkau talenta global tanpa batasan.
Namun, dengan adanya tekanan publik, sponsor, dan federasi lokal, ada kemungkinan perubahan aturan dapat terjadi dalam waktu dekat.
Vanenburg menyimpulkan bahwa sepak bola modern membutuhkan reformasi, tetapi bukan dengan menghilangkan identitas lokal. “Globalisasi itu penting, namun jangan lupakan akar kita,” ungkapnya.
Dia menekankan bahwa keseimbangan antara pemain asing dan lokal sangat penting untuk masa depan sepak bola yang inklusif dan berkelanjutan.
Kritik dari sosok legendaris seperti Gerald Vanenburg harus membuka mata para pengelola Super League. Menurunkan 11 pemain asing secara keseluruhan bisa menghancurkan ekosistem sepak bola lokal.
Untuk memastikan keberlanjutan, kompetisi harus memberikan peluang yang adil bagi para pemain muda lokal. Masa depan sepak bola sebisa mungkin tidak hanya terfokus pada bisnis, tetapi juga warisan dan komunitas.