Komisi Pemilihan Umum (KPU) sedang mengusulkan pemisahan pemilu nasional dan lokal sebagai cara untuk mengatasi kelelahan.
Kelelahan parah terjadi selama pemilu serentak 2019. Banyak petugas mengalami masalah kesehatan, bahkan ada yang meninggal. Oleh karena itu, memisahkan pemilu nasional dan lokal dianggap sebagai pilihan yang logis. Ini bertujuan tidak hanya untuk efisiensi logistik tetapi juga untuk menjamin keselamatan penyelenggara.
Satu pemilu serentak melibatkan lima jenis pemilihan dalam satu waktu. Ini memberikan beban yang berat pada sumber daya manusia dan sistem teknis yang terbatas. KPU menganggap penyelenggara terlalu tertekan dalam menjalani semua tahap sekaligus.
Pemusatan pemilu serentak menyulitkan KPU daerah. Ada banyak keluhan terkait distribusi logistik, penginputan data, dan proses rekapitulasi. Dalam model terpisah, beban kerja menjadi lebih seimbang. Maka dari itu, memisahkan pemilu nasional dan lokal harus menjadi fokus reformasi.
Pembagian tugas yang lebih merata akan mengurangi risiko kelelahan. Oleh karena itu, kualitas proses pemilu akan meningkat.
Pemusatan pemilu serentak meningkatkan kemungkinan terjadinya human error. Banyak petugas merasa kelelahan, yang mengarah pada kesalahan penginputan data. Dengan memisahkan pemilu nasional dan lokal, perhatian bisa lebih terfokus pada satu jenis pemilihan pada satu waktu.
Dengan sistem terpisah, pelatihan petugas dapat dilakukan secara lebih terarah. Ini akan meningkatkan akurasi pekerjaan penyelenggara serta kepercayaan publik terhadap hasil pemilu.
Pemilih sering kali merasa bingung ketika harus memilih di lima kotak suara secara bersamaan. Ini menyebabkan tingkat kesalahan menjadi lebih tinggi. Jika pemilu nasional dan lokal dipisahkan, pemilih dapat lebih fokus pada pilihan sesuai konteks.
Konsentrasi pemilih yang lebih baik diyakini dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil. Ini juga akan mendorong lebih banyak pemilih datang ke tempat pemungutan suara karena prosesnya menjadi lebih mudah.
Walaupun ada banyak keuntungan, pemisahan pemilu nasional dan lokal tetap menghadapi tantangan dalam aspek logistik. KPU perlu menyiapkan infrastruktur dua kali lipat. Namun, dengan perencanaan yang baik, ini bisa diatasi.
KPU juga perlu mengedukasi masyarakat mengenai perubahan format ini dari awal. Tanpa pemahaman publik, perubahan sistem dapat menimbulkan penolakan.
Untuk merealisasikan pemisahan pemilu nasional dan lokal, revisi Undang-Undang Pemilu harus dilakukan. Saat ini, undang-undang mengatur pemilu serentak. Para legislator perlu mempertimbangkan dampak kelelahan penyelenggara dalam diskusi revisi ini.
Jika regulasi mendukung, maka desain pemilu bisa menjadi lebih manusiawi. Ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga keselamatan kerja bagi petugas demokrasi.
Agar kebijakan ini berhasil, perlu ada kampanye publik yang menekankan pentingnya pemisahan pemilu nasional dan lokal. Pemerintah, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil harus bekerja sama untuk menyuarakan manfaatnya.
Dengan partisipasi masyarakat, perubahan sistem pemilu ini akan lebih mudah diterima dan dilaksanakan.
KPU telah menyampaikan dengan jelas bahwa pemisahan pemilu nasional dan lokal merupakan solusi penting bagi kelelahan penyelenggara. Ini tidak hanya berkaitan dengan efisiensi sistem, tetapi juga menyelamatkan kehidupan para petugas pemilu.
Sistem pemilu yang lebih ramah terhadap penyelenggara akan langsung berdampak pada kualitas demokrasi di Indonesia. Sudah saatnya semua pihak mempertimbangkan pemisahan pemilu dengan serius.